Kali ini author ingin memberi sebuah kritikan kepada tentang pemerintahan ibu kota dari negara Indonesia tercinta ini, terutama mengenai arti demokrasi yang sebenarnya...
Karena Indonesia bukan Negara Islam
Akhir-akhir ini Jakarta sedang mengalami
masa-masa sulit. Ini dikarenakan adanya calon pemimpin yang beragama bukan
Islam. Padahal Indonesia adalah negara yang mengutamakan kepentingan semua
rakyat, bukan hanya mayoritas/minoritas.
Karena
Indonesia bukan negara Islam, seharusnya rakyatnya pun menerapkan dalam
kehidupan sehari-harinya, contohnya dalam pemilihan gubernur. Seharusnya,
rakyat itu tidak melihat pemimpin dari agamanya, tetapi dari bagaimana dia
memimpin, karena Indonesia bukan negara Islam. Bukan hal yang tabu jika
pemimpin Indonesia berasal dari agama selain Islam, karena Indonesia bukan
negara Islam.
Pemimpin
yang bukan beragama Islam, bukan berarti pemimpin yang tidak ta’at kepada
Tuhan. Setiap agama memiliki Tuhan, dan diajarkan pula untuk menghormati
antarumat beragama.
Indonesia
adalah negara kesatuan. Kesatuan disini berarti terdiri dari beberapa Agama
yang bersatu, menjadi satu kesatuan yang saling menghormati dan melindungi
antarumat beragama. Jika dalam pemilihan kita tidak boleh memilih orang dari
agama lain, maka apa yang kita aplikasikan dari undang-undang tersebut ?
Indonesia bahkan mengakui 5 agama yang ada di Indonesia. Setiap agama berhak
memilih pemimpin dari agama lain jika dia mampu memimpin daerahnya. Tidak ada
paksaan dari orang lain sedikitpun.
Alangkah
indahnya jika setiap hak setiap manusia tidak dibatasi oleh siapapun. Tidak
menjadi persoalan, tidak menjadi beban dalam kehidupan bermasyarakat, terutama
di tempat kita tinggal ini, DKI Jakarta. Bukankah menyenangkan jika kebebasan
beragama dijunjung tinggi dan setiap umat beragama saling menghormati dan
melindungi satu sama lain ? Bekerja sama dalam setiap pembangunan negeri
tercinta ini. Bersatu padu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jika
bukan kita yang memperjuangkan semangat kemerdekaan ini, siapa lagi ? Apakah
yang kita inginkan adalah perpecahan dan Indonesia kembali dijajah oleh negara
asing ? Tentu tidak, bukan ?
Tapi
jika kebebasan memilih dibatasi, maka yang terjadi adalah pertumpahan darah.
Dan hal itu sia-sia, yang ada hanyalah kerugian. Harta, benda, maupun nyawa
akan lenyap begitu saja. Kerugian itu tidak hanya kepada agama yang sedang bersiteru,
tapi agama lain yang tak bersalah pun akan terkena akibatnya, dan akhirnya
tidak ada lagi kepercayaan antarumat beragama di Indonesia yang akan
menimbulkan perpecahan di dalam negara demokrasi ini.
Apakah
itu yang diinginkan oleh para tokoh Islam di DKI Jakarta ini ? Lebih
mengutamakan kepentingan mayoritas dibanding kepentingan seluruh masyarakat ?
Minoritas bukan berarti selalu mengalah dalam urusan politik di negeri
demokrasi, tapi justru diberi kesamaan hak dengan mayoritas. Dan mayoritas juga
bukan berarti akan selamanya menjadi penguasa dalam urusan politik di negeri
demokrasi, tapi justru harus memberi kesempatan dan tetap menghormati para
minoritas di negeri Indonesia ini. Karena apa ? Karena negara Indonesia bukan
negara Islam.
Gak terasa aku udh mau sampe depok. Sebentar lagi aku turun kereta hup
ReplyDelete